welcome

Kamis, 29 Oktober 2009

bismillah,

Syukur, suatu kata yang sangat berbobot dan memberikan makna yang tidak terhingga. Allah telah menjamin dalam Al Quran, barang siapa yang bersyukur maka Allah akan menambah nikmat kepada orang tersebut. Sudahkan Anda bersyukur? Sudahkah Anda merasakan tambahan nikmat atas syukur Anda? Apakah Anda ingin mendapatkan nikmat yang lebih besar lagi? Lupakan mengeluh, mulailah perbanyak syukur.

Ada dua manfaat besar dari bersyukur. Kedua manfaat ini akan mengubah hidup kita jika kita mendapatkannya.

1. Pahala dari Allah. Jelas, bersyukur adalah perintah Allah, kita akan mendapatkan pahala jika kita bersyukur dengan ikhlas.
2. Menciptakan Feeling Good. Dengan bersyukur akan membuat kita lebih bahagia. Perasaan kita menjadi lebih enak dan nyaman dengan bersyukur. Bagaimana tidak, pikiran kita akan fokus pada berbagai kebaikan yang kita terima.

Lalu apa manfaat Feeling Good?

* Jika Anda yang percaya dengan Hukum Daya Tarik (law of attraction), feeling good akan meningkatkan kekuatan Anda menarik apa yang Anda inginkan. Kekuatan hukum ini akan sebanding dengan keyakinan dan perasaan positif. Sementara semakin banyak kita bersyukur, akan semakin banyak perasaan positif pada diri kita.
* Motivasi akan muncul dari kondisi emosi yang positif (dibahas lebih lanjut pada ebook saya Motivasi Diri). Sementara bersyukur akan menciptakan emosi yang positif karena kita fokus apda hal-hal yang positif. Semakin banyak Anda bersyukur akan semakin besar motivasi yang Anda miliki.
* Bersyukur akan membentuk pola pikir sukses. Pola pikir sukses adalah keyakinan dalam mendapatkan. Saat kita bersyukur, maka pikiran kita secara tidak sadar diberikan suatu “pola” mendapatkan, sehingga akan terbentuk pola sukses.

Dengan melihat ketiga manfaat dari feeling good, kita bisa menyimpulkan bahwa feeling good adalah mungkin menjadi salah satu cara Allah memberikan nikmat tambahan kepada kita. Jika orang baru ribut dengan manfaat syukur pada kahir-akhir ini, Al Quran sudah 14 abad yang lalu. Sungguh suatu nikmat Allah yang diberikan kepada kita, sayang jika kita mengabaikannya.

Cara Meningkatkan Syukur
Saya yakin, Anda yang mau membaca artikel ini adalah orang-orang yang pandai bersyukur. Namun bukan berarti kita tidak perlu meningkatkan. Setinggi apa pun Anda menjadi hamba yang bersyukur, Anda masih tetap perlu meningkatkan syukur Anda. Jika Anda baru bersyukur saat menambatkan nikmat berupa materi, ini adalah baru tahap awal menjadi hamba yang pandai bersyukur.

* Untuk meningkatkan rasa bersyukur, kita harus lebih jeli dan peka terhadap berbagai nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Kurangnya kepekaan terhadap nikmat Allah akan mengurangi syukur kita, sebab kita merasa tidak ada yang perlu disyukuri lagi. Meningkatkan kepekaan bisa dilakukan dengan melakukan perenungan terhadap apa yang terjadi pada hidup kita sehari-hari. Luangkan waktu Anda setiap hari untuk merenungkan nikmat setiap harinya.
* Setiap saat, kita mendapatkan nikmat baru. Satu detik waktu berlalu berarti kita mendapatkan nikmat hidup selama satu detik. Nafas kita, penglihatan kita, penciuman kita, detak jantung kita dan sebagainya yang tidak mungkin disebutkan disini.
* Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, baik kejadian pad diri sendiri maupun orang lain. Sementara setiap saat selalu ada kejadian, berarti selalu ada hikmah yang bisa kita ambil. Sementara hikmah adalah suatu nikmat. Syukurilah.

Sudahkah kita bersyukur hari ini?

www.motivasi-islami.com

Ada hikmah pada setiap musibah, yakinkah anda?

Alhamdilillaahi wasshalaatu wassalaamu 'alaa Rasuulillaah.

Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua yang dilaksanakan dan ditetapkan. Sebagaimana juga Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua syari'at dan semua yang diperintahkan.

Allah menciptakan tanda-tanda apa saja yang dikehendakiNya, dan menetapkannya untuk menakut-nakuti hambaNya. Mengingatkan terhadap kewajiban mereka, yang merupakan hak Allah ‘Azza wa Jalla. Mengingatkan mereka dari perbuatan syirik dan melanggar perintah serta melakukan yang dilarang.

Sebagaimana firman Allah.
“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti” (Al-Israa : 59)

Dan FirmanNya “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu” (Fushilat : 53)

Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman. “Katakanlah (Wahai Muhammad) : “Dia (Allah) Maha Berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebahagian yang lain” (Al-An'am : 65)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahih-nya dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia (Jabir) berkata : “Sifat firman Allah Azza wa Jalla “Qul huwal al-qaadiru 'alaa an yab'atsa 'alaikum 'adzaaban min fawuqikum” turun, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a : “Aku berlindung dengan wajahMu”, lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan (membaca) “Awu min tajti arjulikum”, Rasulullah berdo'a lagi, “Aku berlindung dengan wajahMu”.
Diriwayatkan oleh Abu Syaikh Al-Ashbahani dari Mujahid tentang tafsir ayat ini: “Qul huwal al-qaadiru 'alaa an yab'atsa 'alaikum 'adzaaban min fawuqikum”. Beliau mengatakan, yaitu halilintar, hujan batu dan angin topan. “Awu min tajti arjulikum”, gempa dan tanah longsor.

Jelaslah, bahwa musibah-musibah yang terjadi pada masa-masa ini di beberapa tempat termasuk ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan untuk menakut-nakuti para hambaNya. Semua yang terjadi di alam ini, (yakni) berupa gempa, longsor, banjir dan peristiwa lain yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan, disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema'afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy-Syuura : 30)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri” (An-Nisaa : 79)

Tentang umat-umat terdahulu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu krikil, dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” (Al-Ankabut : 40)

Maka wajib bagi setiap kaum Muslimin yang mukallaf dan yang lainnya, agar bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, konsisten diatas diin (agama)Nya, serta waspada terhadap semua yang dilarang, yaitu berupa perbuatan syirik dan maksiat. Sehingga, mereka selamat dari seluruh bahaya di dunia dan akhirat, serta Allah menolak semua adzab dari mereka, dan menganugrahkan kepada mereka segala jenis kebaikan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Al-A'raaf : 96)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi” (Al-A'raaf : 97-99)

Al-Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: ”Pada sebagian waktu, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah, taubat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allah dan penyesalan. Sebagaimana perkataan ulama Salaf, pasca gempa. ”Sesungguhnya Rabb kalian mencela kalian”, Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, pasca gemba di Madinah menyampaikan khutbah dan nasihat; beliau Radhiyallahu 'anhu mengatakan, ”Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengijinkan kalian tinggal di Madinah”.

Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Maka saat terjadi gempa atau peristiwa lain, seperti gerhana, angin ribut atau banjir, wajib segera bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla, merendahkan diri kepadaNya dan memohon ‘afiyah kepadaNya, memperbanyak dzikir dan istighfar. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana. ”Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, berdo'a dan beristighfar kepadaNya”
Disunnahkan juga menyayangi fakir miskin dan bershadaqah kepada mereka. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ”Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani”

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. ”Orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Kasihinilah yang di muka bumi, kalian pasti akan dikasihani oleh (Allah) yang di atas langit”
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, “Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan disayang”

Diriwayatkan dari ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah, bahwa saat terjadi gempa, dia menulis surat kepada pemerintah daerah agar bershadaqah.
Diantara faktor terselamatkan dari segala keburukan, yaitu pemerintah segera memegang kendali rakyat dan mengharuskan agar konsisten dengan al-haq, menerapkan hukum Allah ‘Azza wa Jalla, di tengah-tengah mereka, memerintahkan kepada yang ma'ruf serta mencegah kemungkaran.

Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla, ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijakasana” (At-Taubah : 71)

Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan” (Al-Hajj : 40-41)

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman.
”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (Ath-Thalaaq : 2-3)
Ayat-ayat tentang ini sangat banyak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan menolongnya” (Muttafaq 'Alaih)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah Azza wa Jalla akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya)
Hadits-hadits yang semakna ini banyak.

Hanya kepada Allah kita memohon agar memperbaiki kondisi kaum Muslimin, memberikan pemahaman agama dan menganugrahkan kekuatan untuk istiqomah, segera bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dari semua perbuatan dosa. Semoga Allah memperbaiki kondisi para penguasa kaum Muslimin, semoga Allah menolong al-haq melalui mereka serta menghinakan kebathilan, membimbing mereka untuk menerapkan syari'at Allah ‘Azza wa Jalla atas para hamba. Dan semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum Muslimin dari fitnah dan jebakan setan yang menyesatkan. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu. (Buletin Nasional al Balagh Edisi Perdana, Oktober 2009)

(Disarikan dari tulisan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam Majmu Fatawa wa Maqaalaat Mutanawwi'ah IX/148-152, Judul disesuaikan oleh Redaksi)

Dari Grup ORMAS ISLAM (Wahdah Islamiyyah)

Senin, 17 Agustus 2009

Inspiration Story
Untuk anggota

Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta . Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur.

Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
" Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
" Oh.. Saya mau ke Jakarta terus connecting flight ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
" Wouw..... hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak. Pemuda itu merenung.

Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
" Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya Bu?? Bagaimana dengan kakak-adik adik nya??"
"Oh ya tentu.." si Ibu bercerita : "Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang."
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.

"Terus bagaimana dengan anak pertama Ibu ?"
Sambil menghela napas panjang, Ibu itu menjawab, "Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak, Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar "

Pemuda itu segera menyahut, " Maaf ya Bu, sepertinya Ibu agak kecewa ya dengan anak pertama Ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani?"

Anda ingin tahu jawabannya?
Dengan tersenyum Ibu itu menjawab, " Ooo... tidak.. tidak begitu Nak....Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"

Pelajaran hari ini:
Setiap orang di dunia ini adalah orang penting. Buka mata, hati, jiwa dan cara pandang Anda. Kita tidak dapat mengambil suatu kesimpulan sebelum kita mengetahui seluruh ceritanya. Yang terpenting adalah bukan siapa Anda tetapi apa yang telah Anda buat?

Kisah Dari Negeri Yang Menggigil Untuk anggota

Kisah Dari Negeri Yang Menggigil
Untuk anggota



untuk adinda: Khaerunisa


Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil

Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar

: aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi

Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri

: sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong

Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku

Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli

: aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya
Ini negeri melimpah, gemerlap
Ini negeri cinta

Ah, tapi seperti duka
aku pun sedang terjaga
sambil menyesali
mengapa kita tak berjumpa, Adinda
dan kau taruh sakit dan dukamu
pada pundak ini

Di angkasa layang-layang hitam
semakin membayangi
kulihat para koruptor
menarik ulur benangnya
sambil bercerita
tentang rencana naik haji mereka
untuk ketujuh kalinya

Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
sementara airmata menggenangi hati dan mimpi

: aku memang sedang berada di negeriku
yang semakin pucat dan menggigil


By : Abdurahman Faiz
Published on Tue, June 7th 2005
Dikutip dari Bunga Rampai Seri 11

Kisah Dari Negeri Yang Menggigil Untuk anggota

Kisah Dari Negeri Yang Menggigil
Untuk anggota



untuk adinda: Khaerunisa


Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil

Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar

: aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi

Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri

: sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong

Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku

Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli

: aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?

Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya
Ini negeri melimpah, gemerlap
Ini negeri cinta

Ah, tapi seperti duka
aku pun sedang terjaga
sambil menyesali
mengapa kita tak berjumpa, Adinda
dan kau taruh sakit dan dukamu
pada pundak ini

Di angkasa layang-layang hitam
semakin membayangi
kulihat para koruptor
menarik ulur benangnya
sambil bercerita
tentang rencana naik haji mereka
untuk ketujuh kalinya

Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
sementara airmata menggenangi hati dan mimpi

: aku memang sedang berada di negeriku
yang semakin pucat dan menggigil


By : Abdurahman Faiz
Published on Tue, June 7th 2005
Dikutip dari Bunga Rampai Seri 11

Pidato Rasulullah menyambut datangnya Ramadhan Untuk anggota

Pidato Rasulullah menyambut datangnya Ramadhan
Untuk anggota




Wahai manusia!

Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan do’a-do’amu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membim-bingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitabnya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedakahlah kepada kaum fuqoro dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persau-daraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihani manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdo’a pada waktu shalatmu, karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah azza wa jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab meraka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan do’a mereka ketika mereka ber-do’a kepada-Nya.

Wahai manusia!

Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah, Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan bersujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul ‘alamin.

Wahai manusia!

Barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebas-kan seorang budak dan dia diberi ampunan atas do-sa-dosa yang lalu.

Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah ti-daklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan: jagalah dirimu dari api nera-ka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah di-rimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia!

Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini akan berhasil melewati sirathul mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanan-nya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia ber-jumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Alllah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyam-bungkan tali persaudaraan (silaturrahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia akan berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunnah di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya ganjarann seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lain.

Barangsipa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangnnya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat al-Qur’an, ganjarannya sama dengan mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia!

Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagi-mu, maka mintalah kepada Rabbmu agar tidak per-nah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.

Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tidak lagi pernah menguasaimu. Amirul Mukminin berkata: “Aku berdiri dan berkata: Ya Rasullullah apa amal yang paling utama di bulan ini? jawab Nabi: Ya Abal Hasan amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.”

Selasa, 19 Mei 2009

Mendagri Jerman : Kelompok Islam di Jerman Inginkan Syariah Islam

Rabu, 20/05/2009 09:45 WIB Cetak | Kirim

Sebuah laporan terbaru hasil penelitian dan studi yang dilakukan oleh agen rahasia Jerman yang telah dilaporkan kepada menteri dalam negeri, menunjukkan bahwa beberapa kelompok Islam di Jerman ternyata menginginkan kehidupan dibawah hukum Syariah Islam.

Laporan tahunan untuk perlindungan konstitusi juga mengungkapkan bahwa kelompok-kelompok Islam yang aktif seperti 'Milli Görüs' ingin dapat hidup dibawah aturan Islam yang ketat.

Beberapa poin penting peringatan hasil penelitian dan studi dari agen rahasia yang disampaikan kepada menteri dalam negeri Jerman Wolfgang Schaeuble antara lain :

  • Peningkatan jumlah kelompok Islam fundamentalis - kebanyakan adalah generasi kedua imigran dan para mualaf yang menjadi radikal - yang melakukan perjalanan dari Jerman ke Pakistan untuk mengunjung kamp pelatihan militer yang didirikan oleh Al-Qaidah dan organisasi sejenis.
  • Kepentingan Jerman di dalam negeri dan di luara negeri berada dalam bahaya. Laporan menunjukkan bahwa Jerman adalah 'target' selanjutnya untuk kelompok-kelompok teroris islam.
  • Internet menjadi alat komunikasi yang paling penting dan merupakan instrumen propaganda - dan kelompok teroris sudah semakin profesional menggunakannya.(fq/bild)

Agama Monotheis?

Senin, 18/05/2009 07:58 WIB Cetak | Kirim | RSS

Beberapa hari ini, surat kabar surat kabar di Indonesia memberikan liputan mengenai kunjungan Paus ke timur tengah. Sebuah harian ibu kota, tanggal 13 Mei 2009 memberitakan tentang ucapan paus yang menyampaikan bahwa agama agama Yahudi, Nasrani dan Islam memiliki “kesamaan” yaitu sama sama memiliki satu Tuhan (Monoteisme). Pandangan ini sangat sesuai dengan pandangan kaum liberal di Indonesia yang juga “menyamakan” semua agama terutama tiga agama yang dalam buku buku sekolah dikenal dengan agama langit yaitu Islam, Nasrani dan Yahudi.

Sebagai seorang muslim, kita tentu harus mengkritisi masalah ini. Di dalam al Qur’an, Allah swt berfirman bahwa hanya islam lah agama dari Nya dan agama yang diridho’inya.

Tulisan ini bukan ingin menyalahkan pernyataan Paus atau surat kabar yang menurunkan kabar ini, namun mencoba mengulas tentang sejarah agama agama yang dalam surat kabar itu dinyatakan oleh Paus sebagai agama monotheis.

Agama monotheis sendiri di sandarkan kepada nabi Ibrahim as yang kita kenal sebagai bapak para Nabi. Dari beliau alaihissalam-lah, “katanya” agama monotheis ini berkembang.
Dalam hal ini, satu hal yang perlu di garis bawahi bahwa, Ibrahim alaihissalam adalah seorang Muslim, bukan Yahudi dan bukan Nasrani.

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan juga seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali kali bukanlah dia termasuk orang orang musryk. Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim ialah orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang orang yang beriman (kepada Muhammad) dan Allah adalah pelindung orang orang yang beriman. (QS Ali Imran 67-68)

Imam Ibnu Katsir dalam kisah para nabi dan rasul-nya menyatakan bahwa ayat ini merupakan bantahan dari Allah swt mengenai pengakuan orang orang Yahudi dan Nasrani berkaitan dengan pengakuan mereka bahwa Ibrahim berada di atas agama dan jalan mereka.

Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman.
“Dan Ibrahim telah berwasiat kepada anak anaknya, demikian pula Yakub. Ibrahim berkata: Hai anak anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam” (al Baqarah, 132)

Begitu juga dengan nabi Musa alaihissalam dan nabi Isa alaihissalam merupakan seorang muslim yang diutus oleh Allas swt untuk menyampaikan risalah tauhid kepada umatnya. Mereka bukan Yahudi dan bukan Nasrani. Maka dari dulu sejak zaman nabi Adam as hingga akhir masa, hanya islam lah agama langit, agama yang langsung dari Allah swt.

Lalu bagaimana dengan Yahudi dan Nasrani.

Dalam bukunya, “The History of The Qur’anic Text” menyatakan bahwa “Istilah “kristen” tersebut tampak hanyalah bikinan propaganda Roma, sebab pada masa masa awal nama kristen itu diasosiasikan dengan segala macam kejahatan yang menjijikkan-hal ini merupakan ciri cirri umum propaganda politis, dan pengarang 1 petrus…mengingatkan para pembacanya agar jangan sekali kali menderita karena hal hal yang menurut khalayak ramai diimplikasikan atas nama ‘kristen’, misalnya seperti pembunuh, pencuri, pelaku kejelakan atau pelaku kejahatan.”

Dalam sebuah artikel yang di sebarkan di forum.swaramuslim.net di katakan bahwa sebutan kristen (cristian) sendiri bermula dari kota besar Antiokia di syria utara, sewaktu Barnabas dan Paulus menjalankan misinya di kota itu. Mereka tidak henti hentinya, menyatakan bahwa Jesus itu adalah kristos (al Masih) sehingga orang orang sekitarnya memanggil mereka (pengikut Yesus) dengan sebutan Christian (kristen). Sedangkan menurut Ahmad Deedat dalam “the real truth” nya, dikatakan bahwa “Kristus bukanlah sebuah nama, namun sebuah gelar. Kristus adalah terjemahan dari bahasa Yahudi dari kata Mesiah yang berarti di basuh atau di urapi (dengan minyak). Bahasa Yunani dari kata di “basuh atau di urapi” adalah Cristos sebagai asal kata Christ. ”

Dari uraian diatas kita dapat mengambil sendiri kesimpulan mengenai sejarah Kristen. Sedangkan sebutan Nasrani sendiri merupakan sebuatan untuk para pengikut Yesus yang pertama dari bangsa Nazareth, jadi nasrani berasal dari nama sebuah bangsa. Sedangkan Yesus (Isa as) sendiri tidak pernah mengatakan bahwa agama yang dibawanya itu adalah agama Nasrani.

Sedangkan Yahudi juga merupakan sebuah bangsa. Sejarah bangsa Yahudi sendiri bisa dirunut kepada salah seorang anak Yakub (Israil) yang bernama Yehuda.. Dalam sejarahnya, orang Yahudi, seperti yang dipaparkan oleh Prof M M Al-A’zami bahwa “ Catatan catatan tradisional Yahudi sendiri menyatakan bahwa tradisi mereka ternyata penuh dengan praktik praktik penyembahan berhala, paganisme dan seringnya pengingkaran terhadap keesaan Tuhan. Tujuan utama saya ( Prof M M Al-A’zami) ingin menunjukkan bahwa para pemeluk awal agama Yahudi tidak suka mengikuti nabi Musa dan risalahnya.”

Dari merekalah (para pemuka awal Yahudi) agama Yahudi dan teks PL berkembang dan di ajarkan. Dalam bukunya tersebut, M M Al-A’zami juga memaparkan bahwa teks teks PL telah beberapa kali hilang dan ditemukan kembali secara mengejutkan. Disinilah,dapat disimpulkan bahwa terjadinya perubahan pada teks tersebut bisa dipastikan.

Di tambah lagi adanya kitab Talmud yang “dipedomani oleh kaum Yahudi melebihi Taurat saat ini (PL)

Mengenai agama Islam, agama ini di dakwahkan oleh Rasulullah saw secara langsung kepada para sahabat. Para sahabat hidup bersama beliau, dekat dengan beliau, melihat wajah dan langsung mendengar kata beliau. Kemudian para sahabat ini mendakwahkan kepada para tabi’in yang juga dekat dengan mereka, dan melihat wajah mereka. Kata “Islam” sendiri merupakan “nama” yang “diberikan” Allah dalam Al-Qur’an (Al Ma’idah ayat 3) sebagai agama (tepatnya satu satunya agama) yang di ridho’I Nya.

Al Qur’an yang menjadi pedoman kaum Muslimin tetap terjaga keasliannya hingga akhir masa. Prof M M Al-A’zhami sendiri telah melakukan kajian mengenai hal ini dan telah dipaparkan dalam bukunya “The History Of The Qur’anic Text” serta mampu membantah anggapan orang orang yang meragukan atau mencoba membuktikan secara “ilmiah” tentang keaslian al Qur’an.

Sedangkan mengenai ayat 62 surat al Baqarah, menurut para ahli tafsir seperti imam Thabari yang dikutip oleh DR Syamsudin Arif dalam “Orientalis dan Diabolisme Pemikirannya” menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan sahabat sahabat Salman al Farishi ra yang yang telah wafat sebelum sempat bertemu dengan Rasulullah saw, dimana menurut pengakuan Salman jika teman temannya ini bertemu dengan Rasulullas saw, maka mereka akan beriman kepada beliau Saw.

Rasulullah saw menyatakan kepada Salman bahwa “Mereka yang mati dalam agama Isa as sebelum mendengar seruanku maka baiklah keadaannya. Adapun mereka yang mendengar seruanku akan tetapi tidak beriman (tidak mengikuti seruan Rasulullah saw) maka binasalah dia” .
Maka ucapan yang menyatakan adanya kesamaan antara tiga agama Islam, Yahudi dan Nasrani perlu di kritisi lebih jauh lagi (kalau memang tidak ingin disalahkan).

Masalah ke-Tuhan-an merupakan dasar sebuah agama yang tidak bisa di toleransi lagi. Seorang muslim harus meyakini bahwa hanya islam lah agama yang di ridhoi Allah swt dan agama selain itu tertolak.

Imanuddin Rahman, Mahasiswa S1 FMIPA UI, Alamat Jl, Rawapule No 24 Kukusan Beji, Depok
Email:imanuddin_rahman@yahoo.com.

Rahmat Hidayat Lubis, Mahasiswa Faculty of Islamic Call Tripoli Libya

Inilah Jalan-Nya; Analisa Sederhana Kebenaran Islam

Rabu, 20/05/2009 08:30 WIB Cetak | Kirim | RSS

Saksi Peradaban akan Kebutuhan Agama

Jauh sebelum Nabi Ibrahim, Nuh, Isa dan Musa ‘alaihimussalam diturunkan untuk menyeru kepada agama tauhid –monoteisme-, lembaran sejarah peradaban kuno mengabarkan, bahwa agama ikut mewarnai potret aktivitas pemakmur suatu peradaban. Seiring patah dan tumbuhnya peradaban, corak agama manusia semakin bervariasi. Tercermin pada kerajaan Nambrud –masa Ibrahim- dan peradaban kan’aniyiin yang menyembah patung berhala. Kemudian Peradaban Mesir kuno (3400 SM) yang terkenal dengan kebebesasan beragama, sempat menampilkan agama paganisme, animisme dan penyembah burung dalam waktu bersamaan. Disusul dengan peradaban India (2500 SM) yang menganut agama Hindu dimana kemudian muncul aliran agama Budha dan Jiena sebagai sikap protes atas hak keistimewaan yang dikhususkan kepada para pembesar Hindu. Tak lepas, agama animisme bagi peradaban Babylon (1839 SM) dan agama Konfushu bagi Peradaban Cina (555 SM), turut mewarnai corak keragaman agama dalam lembaran peradaban.

Bercerita historis munculnya agama tersebut, mayoritas adalah hasil penalaran dan renungan manusia. Adakalanya agama suatu peradaban diprakarsai oleh seseorang dimana kemudian penamaan agama tersebut dipetik dari nama pencetusnya, seperti Budha, Jiena, Konfusyu dan Shinto. Adakalanya juga agama menjadi trand dan ciri khas setiap kampung pada suatu peradaban. Dikisahkan pada peradaban Babylon dan Mesir, setiap kampung atau desa memiliki kepercayaan dan Tuhan yang berbeda.

Jika kembali menganalisa, mengapa sekian banyak komunitas masyarakat pada peradaban silam tidak terlepas dari agama?. Bahkan terkadang, seseorang yang tiba-tiba timbul membawa ajaran agama kian mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar serta dijadikan agama resmi peradaban. Konfusyu misalnya yang lahir pada 551 SM mendapat pengakuan sebagai pencetus agama di peradaban Cina, dan kemudian ajarannya diajdikan agama resmi di tengah umur peradaban Cina. Penyambutan ini tentunya bukan sembarang, ada satu hal mendasar penyebab penyambutan agama-agama yang muncul, yaitu kebutuhan akan amunisi rohani.

Terbukti, Dengan munculnya agama, rohani para pemakmur peradaban terpenuhi dimana liniernya menghasilnya pola hidup yang semakin baik dan harmonis. Mereka mulai menanamkan nilai ikhlas dalam bekerja dan nilai moral dalam berinteraksi. Mereka tidak lagi membutuhkan “tim evakuasi” untuk mengontrol kejujuran, keadilan dan kebaikan, dikarenakan agama telah menjandi “sensor” utama dalam menentukan tindakan. Sinar keharmonisan ini mengindikasikan bahwa terdapat kesiapan dalam diri setiap manusia untuk menerima dan menerapkan nilai-nilai kebaikan.

Fenomena di Di atas adalah gambaran kehidupan manusia pra sejarah. Dimama mereka berada pada ketidaktahuan akan “Siapa Tuhan sebenarnya”. Di era itu manusia tetap mencari dan mencari Tuhan yang telah mewujudkannya ke dunia tanpa ada panduan pasti yang membimbing kepada titik kebenaran dari hasil pencaharian itu. Sehingga muncullah agama-agama tersebut di atas dengan beragam Tuhannya.

Namun suatu hal yang perlu digaris bawahi, Jika keberadaan agama-agama dan tuhan-tuhan hasil kontemplasi manusia ini dibenarkan, maka akan sulit bagi akal sehat untuk menerima bahwasanya “banyak tuhan yang mengatur dan menciptakan Bumi ini”. Dan akan menjadi semakin sulit untuk menerima roh-roh, patung, api, pohon, matahari dan bulan ketika dikategorikan sebagai tuhan. Karena tuhan bukan pilihan, Ia pasti hanya satu dan Ia pasti Maha Kuasa, yang menciptakan bumi ini dan seisinya serta menciptakan keteraturan dimensi alam dengan seisinya. Sampai titik ini dapat kita pahami bahwa pencaharian tuhan tanpa adanya petunjuk/panduan, manusia akan salah dalam menentukan tuhan yang sebenarnya.

Kesalahan menentukan tuhan yang sebenarnya inilah yang disebut sebagai “kejahiliahan” atau kebodohan, baik di masa silam, sekarang atau mendatang. Sebab manusia terlalu mulia untuk menyembah makhluk yang ada di alam dan seisinya. Perlu kita pahami bersama, bahwasanya manusia adalah makhluk yang mendapat kedudukan mulia sebagai pemakmur di dunia, dimana segala apa yang ada di alam semesta didesain sebagai modal dasar untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga segala bentuk penyembahan kepada alam dan bagiannya, hanya menjatuhkan manusia kepada “lembah” kehinaan.

Inilah Jalan-Nya

Suatu benang merah dapat kita tarik, bahwa syarat utama kebenaran sebuah agama adalah, ia harus bersumber dari Tuhan yang mengetahui kebenaran hakiki. Dialah yang membuat jalan menuju kebenaran tersebut. Dia juga yang mengaturnya dan membuat undang-undangnya. Semua itu didesain Oleh Tuhan (Allah) untuk kebaikan manusia dan menunjukkan manusia kepada jalan kebenaran.

Islam ialah Jalan-Nya. Islam menjawab permasalan Teologi dengan konsep ke-Esaan Tuhan. Menjawab kebutuhan fitrah dengan menunjukkan tata cara interaksi dengan Ilahi (bac. Ibadah). Menunjukkan jasmani untuk mengkonsumsi yang baik dan meninggalkan yang buruk demi keseimbangan. Merespon kondisi psikologi manusia dengan mengajarkan konsep tawakkal kepada Ilahi. Memberikan undang-undang ekonomi dengan melarang praktek riba, karena ia merugikan pihak tertentu. Membimbing kehidupan sosial dengan mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kesopanan, kedermawanan, kasih sayang dan budi pekerti.

Dua hal mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam: 1. Membimbing fitrah dalam memahami hal metafisika 2. Meneyeru akal untuk berfikir dan meneliti semua hal berbentuk fisik. Dua point ini sangat memiliki kesesuaian dengan character mahkluk manusia, maka tidak heran jika banyak manusia yang masuk ke dalam agama Islam setelah mengetahui kandungan ajaran Islam. Wallahu a’lam

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (al-Imran: 19)

Rahmat Hidayat Lubis
Tripoli Libya

Inilah Taktik Obama di Dunia Arab Demi Israel

Selasa, 19/05/2009 17:50 WIB Cetak | Kirim

Presiden AS Barack Obama dengan sikap "manis"nya ternyata merancang agenda khusus agar negara-negara Arab mau menerima Israel. Obama yang dipuji-puji akan membawa perubahan positif bagi perdamaian di Timur Tengah, tak ubahnya sebagai agen yang bekerja untuk Israel.

Dengan alasan untuk "membangun rasa saling percaya", Obama meminta negara-negara Arab untuk memanfaatkan momentum itu dengan melakukan langkah "kecil" dan bukan hanya langkah "simbolis" untuk mewujudkan perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel.

Langkah "kecil" itu menurut Obama, negara-negara Arab harus mulai membuka zona udaranya bagi pesawat-pesawat komersil Israel. Menurut laporan surat kabar Washington Post, Obama sudah meminta negara-negara Arab seperti Oman, Qatar, Uni Emirat Arab dan Maroko untuk menjadi negara yang pertama melakukan inisiatif itu.

Selain meminta negara-negara Arab membuka zona udaranya untuk pesawat komersil Israel, Obama juga minta negara-negara Arab itu untuk membuka saluran telepon langsung ke Israel yang selama ini diblokir dan meminta agar negara-negara Arab mengibarkan bendera Israel di ibukotanya masing-masing sebagai pertanda dibukanya hubungan diplomasi dan pengakuan negara-negara Arab terhadap eksistensi negara Yahudi.

Harian Washington Post menyebutkan, Obama lebih menekankan negara-negara Arab yang harus meningkatkan kepercayaannya pada Israel. Ia tidak menekankan hal yang sama pada Israel.

Obama, masih menurut harian itu, sudah membahas permintaan-permintaannya pada Raja Yordania, Raja Abdullah saat kunjungannya ke Washington tiga minggu yang lalu. Selama ini, Raja Yordania memang paling aktif membujuk negara-negara Arab lainnya agar memulihkan hubungan diplomasi dengan Israel, seperti yang sudah dilakukan Yordania dan Mesir.

Sementara wakil presiden AS, Joseph Biden sudah memaparkan rencana "pembangunan rasa saling percaya" yang digagas AS ini di hadapan anggota American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), lembaga lobi Yahudi paling berpengaruh di AS.

"Inilah saatnya negara-negara Arab menunjukkan insyarat yang lebih nyata pada para pemimpin dan rakyat Israel, bahwa mereka akan mengakhiri isolasi terhadap Israel. Mereka harus melakukannya sekarang juga," tukas Biden dalam pidatonya di depan anggota AIPAC tanggal 5 Mei kemarin.

Pada saat yang sama, Biden juga mengatakan bahwa Israel harus menghentikan pembangunan pemukimannya dan menghapus pos-pos pemeriksaan di wilayah Palestina, serta memberi keleluasaan bahwa rakyat Palestina untuk bergerak dan mendapatkan akses ekonomi seluas-luasnya. Hal-hal itulah yang tidak pernah dilakukan Israel. Israel tidak pernah menghormati hak rakyat Palestina dan hak bangsa Arab di Palestina. (ln/mnr)

Kesaksian Veteran Tentara AS: "Kami Tidak Pernah Menemukan Yang Namanya Teroris"

Rabu, 20/05/2009 08:55 WIB Cetak | Kirim

Malam ketika peristiwa pemboman menara kembar WTC pada 11 September 2001 terjadi, Rick Reyes, seorang kopral angkatan lau AS tengah bersenang-senang di sebuah klub malam di Australia. "Amerika diserang. Kembali ke kapal Anda segera!" begitu yang bisa diingat oleh Reyes ketika itu.

Malam itu juga, sersan yang membawahi Reyes bertanya kepadanya apakah ia siap untuk bertempur. Tanpa berpikir dua kali, Reyes menjawab, "Untuk inilah saya bergabung dengan militer." Seumur hidupnya, Reyes selalu ingin mengabdikan dirinya untuk negaranya. "Itu impian saya sejak kecil." ujarnya. Reyes adalah seorang anak Amerika yang dilahirkan dari orangtua imigran asal Meksiko. Maka, segera ia pun bertempur ke Afghanistan.

Sebagai seorang penembak dalam kesatuan angkatan laut AS, Reyes tentu saja telah dididik sedemikian rupa menjadi tentara yang terlatih dalam segala kondisi perang. Menurut Reyes, setelah mendapat perintah, tentara AS akan segera menjarah rumah, merusak jendela dan pintu, kursi dan meja, keluarga dan nyawa orang lain, menangkap siapapun yang dianggap mencurigakan. Masalahnya, adalah, "Tentu saja sulit sekali membedakan mana anggota Taliban, Al Qaidah, dan warga sipil. Semua orang dijadikan tersangka." papar Reyes.

Sebagai contoh, pemimpinnya memerintahkan Reyes untuk memburu sekelompok teroris yang diperkirakan berada dekat wilayah mereka. Reyes, dengan empat orang anak buahnya yang bersenjata api lengkap dan canggih segera berpatroli. Ketika rombongan Reyes menemui sekelompok orang, mereka segera mengokang senapan M-16-nya dan berteriak, "Merunduklah kalian!". Reyes dan anak buahnya meringkus kelompok yang tak bersenjata itu.

Beberapa saat kemudian, ketika semuanya sudah terjadi dan semua orang yang ditangkapnya sudah tewas atau tak berdaya, Reyes sadar, bahwa kelompok itu sama sekali tidak bersalah. "Lain waktu, saya dan anak buah saya menangkap seorang laki-laki, dan menyiksanya sampai mati hanya karena laki-laki itu akan mengantarkan susu kepada anaknya." papar Reyes menerawang. Semua itu, menurut Reyes, begitu menghantui hari-harinya kini. "Saya sudah mengatakan kepada Kongress bahwa kami sepertinya hanya tengah memburu hantu di Afghanistan dan Iraq."

Dan yang membuat Reyes terhenyak, ternyata bukan hanya di Afghanistan saja seperti itu. Di Iraq pun terjadi hal yang sama. Seperti diketahui, AS menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menangkap Saddam Hussein dan menjajah Iraq. "Medannya berbeda, namun cara kami melaksanakan misi selalu sama, kebrutalan dan kekerasan, dengan stigma bahwa Muslim adalah teroris..." Reyes mengisahkan.

Tidak banyak tentara AS seperti Reyes dan anak buahnya. Di tengah pelaksanaan misi, Reyes selalu berpikir ada sesuatu yang salah. Maka tidak heran setiap kali selesai melaksanakan misi, Reyes selalu mengganti semua kerusakan fisik yang mereka lakukan pada rumah yang mereka satroni. Satu-satunya hal yang selalu diingat dan tak mampu dilupakan oleh Reyes adalah "Anak-anak kecil tanpa rasa takut melempari kami dengan batu dan menyerapahi kami. Seingat saya, kami tidak pernah menangkap dan menyiksa orang yang bersalah."

Reyes mengatakan bahwa ia menyaksikan betapa tidak efektifnya strategi milter AS di Afghanistan. "Tapi selama itu, saya tidak pernah mendengar apapun tentang penipuan yang dilakukan oleh pemerintah AS sampai saya kembali dari perang. Menyadari bahwa (di Afghanistan, begitu juga di Iraq) tak pernah ada senjata pemusnah massal, dan betapa susahnya kami mencari-cari teroris walaupun bahkan telah mengerahkan semua kekuatan militer, saya merasa bahwa patriotisme saya telah dieksploitasi untuk kepentingan politik AS belaka. Hanya sedikit keuntungan yang didapatkan oleh AS dari perang (di Afghansitan dan Iraq), namun seluruh masyarakat AS terbebani dengan pajak untuk perang ini." ujarnya lagi. Saat ini, AS setidaknya sudah menggelontorkan $94,2 milyar dari pajak rakyat AS.

Menurut Reyes, perang di Afghanistan telah membabi buta. AS mengirimkan ribuan kapal dan pesawat perang, helikopter, tank, truk dan semua peralatan perang, tapi semuanya itu tidak efektif. Seperti yang dikatakan Reyes, teroris itu tidak pernah benar-benar ada. "Kami tidak pernah menemukannya." Reyes dan beberapa orang tentara veteran lainnya sudah berusaha menghadap Kongress AS dan bertanya, "Apa gerangan yang sedang kami perangi? Perang ini begitu lama dan tak berkesudahan."

"Kami para veteran adalah produk asli perang. Kami mengucapkan sumpah untuk melindungi dan melayani negara, berkorban untuk kejayaannya. Sumpah itu sebuah kebanggan buat kami. Dalam pikiran saya, mungkin tidak banyak veteran yang mau berbicara seperti ini, karena akan menggerus semua keyakinan mereka, tapi pengorbanan mereka jelas menjadi sia-sia dan dikhianati." terang Reyes lagi.

Reyes dan sejumlah veteran lainnya saat ini membentuk kelompok Veteran Untuk Meninjau Kembali Afghanistan. Mereka akan menghadap Kongress. "Kami ingin semua orang sadar tentang kependudukan AS di Afghanistan dan Iraq adalah sesuatu yang kontraproduktif. Kami akan berjuang untuk mengeluarkan tentara dari sana, dan kami akan menerangkan betapa berbahayanya buat AS menggunakan bantuan kemanusiaan untuk menancapkan agenda militer tanpa pernah melakukan diplomasi." pungkas Reyes. (sa/tn)

Jumat, 15 Mei 2009

DI EROPA, ISLAM MAKIN DIMINATI

Menjelajahi tiga negara Eropa: Belanda, Jerman, dan Belgia, kita dengan mudah menemui para wanita berjilbab, baik tua maupun remaja. Mereka berbusana Muslimah saat berada di jalan, kendaraan, pasar, dan pusatpusat keramaian.

Imigran asal Turki, misalnya, kalau di negaranya yang sekuler kerap menghadapi kendala saat mengenakan jilbab, tidak demikian di ketiga negara Eropa Barat itu. Selain warga Turki, Muslimah asal Maroko, Afrika Utara, yang tinggal di Eropa juga tak lepas dari jilbab. Imigran asal kedua negara Muslim itu mendominasi umat Islam di Belanda, Jerman, dan Belgia.

Ketika mengunjungi Masjid Al-Aksa di Den Haag, Republika menemui sekitar dua puluhan pemuda dan pelajar Belanda yang sedang belajar Islam. Recep Canir seorang voorzitter atau pengurus masjid itu dengan cekatan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan para pemuda.

Kepada Republika yang menunggunya sekitar satu jam, pria berusia 50 tahun itu dengan bangga mengungkapkan, Masjid Al-Aksa telah berfungsi sejak 27 Juli 1979. Menurut dia, awalnya masjid itu adalah sebuah sinagog ¡ª tempat peribadatan Yahudi. Masyarakat imigran Turki sepakat memberi nama masjid itu Al-Aksa, diambil dari tempat suci pertama umat Islam.

Di Kota Den Haag, pusat administrasi Pemerintahan Belanda, terdapat tak kurang dari 25 masjid. Masjid atau mushala itu ada yang berasal dari gereja, pertokoan, atau gedung tua.

Bukan hanya para imigran Turki dan Maroko yang banyak membangun tempat peribadatan, juga kaum Muslimin yang berasal dari Suriname (sebagian etnis Jawa yang dikirim pemerintah kolonial ke daerah di Amerika Latin itu pada abad ke-19), maupun warga Suriname yang berasal dari etnis India.

Di seantero negeri kincir angin itu, terdapat sekitar 600 sampai 700 masjid, dengan jumlah umat Islam lebih dari 1,5 juta jiwa. Republika sempat menyusuri kota kecil Leiden, yang berpenduduk 125 ribu jiwa. Di kota itu, terdapat tiga buah masjid, dua masjid dibangun imigran Maroko dan sebuah masjid didirikan imigran Turki.

Islam kian berkembang di Eropa. Perlahan namun pasti masyarakat Eropa mulai tertarik memeluk Islam. Paul (61), seorang mualaf Belanda yang setelah Islam mengubah namanya menjadi Ahmad Fauzi Nobel, mengaku telah belasan tahun memeluk Islam. Kepada Republika, dia mengemukakan semakin mantap dengan Islam yang disebutkan sebagai agama rahmatan lilalamin.

Ia menolak dengan tegas pendapat sementara pihak di Barat yang menyebut Islam sebagai agama teroris dan kekerasan. Menurut dia, sebetulnya banyak warga Belanda yang kini memeluk Islam. Tapi, mereka masih merahasiakan identitasnya,tutur Paul.

Hal itu dibenarkan Lusi Sihabuddin yang sejak 1990-an tinggal di Belanda. Wanita dua anak itu menetap di Rotterdam. Menurutnya, di Rotterdam, terdapat lima buah masjid, dua masjid Maroko, dan tiga masjid Turki. Lusi kini tengah mengumpulkan dana untuk membangun sebuah masjid Indonesia bersama dengan masyarakat Suriname.

Fenomena serupa juga terjadi di Jerman. Dr Fuad Jindan (38) menuturkan, imigran Turki mulai banyak berdatangan ke Jerman, ketika negara itu hancur akibat Perang Dunia II. Mereka bekerja membangun gedung, bangunan, dan jalan kereta api. Sebagai tanda terima kasih, para imigran asal Turki itu diperbolehkan untuk mendatangkan istrinya.

Seperti halnya di Belanda dan Belgia, berbusana Muslimah tak jadi masalah di Jerman. Menurut Fuad, jumlah umat Muslim di negeri panser itu berkembang pesat. Pada 2008 saja, sekitar 2.000 warga Jerman telah memeluk Islam. Tak heran jika jumlah orang Jerman yang ingin menunaikan ibadah haji pun terus bertambah.

Umat Muslim yang ingin menunaikan ibadah haji difasilitasi oleh Yayasan Pengiriman Haji yang dipimpin Wolf Garing Muhammad Sidik. Pria kelahiran Jerman itu merupakan alumnus Universitas Madinah. Setiap tahun, ia memberangkatkan 400 Muslim untuk menunaikan rukun Islam kelima. Padahal, setiap tahunnya lebih dari 900 orang yang mendaftar haji.

Berkembangnya Islam di Eropa tentu saja mendapat tantangan keras, terutama dari kelompok Yahudi. Suratkabar Der Spiegel dan Focus tanpa mengenal ampun terus menjelekjelekkan Islam. Sementara Pemerintah Jerman, takut terhadap Yahudi kalau harus membayar uang duka terhadap pembantaian warga Yahudi oleh Hitler. Meski orang Jerman sendiri tidak percaya kalau peristiwa itu benar-benar terjadi. Masjid juga tersebar di berbagai kota di Jerman, seperti Koln, Berlin, dan Munchen. Seperti halnya di Belanda dan Belgia, mereka membeli gedung-gedung dan perumahan untuk dijadikan sebagai tempat ibadah. [as/rplk]

JIKA CINTA RASUL, CINTA AHLUL BAYT-NYA

“Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”

Telah sama kita maklumi, Rasulullah adalah nabi utusan Allah SWT kepada seluruh manusia. Keberadaannya merupakan rahmat bagi alam semesta. Ayat Al-Quran secara tegas menyatakan hal tersebut, “Dan kami tidak mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya’: 108). Dialah pula rasul yang paling dicintai oleh Allah dan diberi gelar Al-Habib Al-A`zham (Kekasih yang Teragung).

Dalam ayat lain dikatakan, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam: 4).

Tak ada yang mengingkari betapa besar jasa yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW. Dengan risalah yang Allah perintahkan untuk disampaikannya, beliau telah menunjukkan jalan yang lurus, telah mengalihkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Beliau telah berjasa membawa umat manusia untuk mengenal Pencipta mereka serta mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Melalui beliaulah kita mengenal apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang. Melalui beliau pula kita mengetahui bagaimana cara-cara mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan, bagaimana menjalani kehidupan dalam segala seginya pun, kita dibimbing olehnya. Ya, betapa besar jasa beliau kepada umat manusia.

Seorang yang berakal, dan memiliki perasaan, tentu tak akan mengabaikan begitu saja orang yang telah berjasa kepadanya. Kepada orang yang memberikan pertolongan sedikit saja, hati kecil kita pasti ingin memberikan balasannya. Apalagi kepada orang yang telah memberikan pertolongan tak terkira, yang telah menyelamatkannya sepanjang kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Tentu sangat tak layak untuk mengabaikannya dan tak berterima kasih kepadaya.

Permintaan Nabi

Tetapi bagaimana berterima kasih kepadanya atas dakwahnya kepada umat manusia? Salah satunya adalah memberikan apa yang diminta oleh beliau.

Pertanyaannya, apa yang diminta oleh beliau? Mengenai itu, ayat Al-Quran mengatakan, “Katakanlah, hai Muhammad, ‘Aku tidak minta upah apa pun atas hal itu (yakni dakwah risalah) kecuali cinta kasih dalam (terhadap) keluarga’.” (QS Asy-Syura: 23). Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud keluarga di situ adalah keluarga Nabi (ahlul bayt).

Ahlul bayt Rasulullah SAW adalah orang yang paling dekat dengan beliau, yang secara khusus dicintai, dihormati, dan dipeliharanya. Allah memuliakan mereka dan secara khusus dijaga agar tetap suci dan dijauhkan dari kekejian. Banyak hadits yang menunjukkan kemuliaan mereka dan perintah beliau kepada umatnya untuk mencintai mereka.

Rasulullah sangat mencintai dan menyayangi ahlul baytnya. Ibnu Abbas RA mengatakan, “Aku menyaksikan sendiri selama sembilan bulan, setiap hendak shalat di masjid Rasulullah selalu mengatakan, ‘Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sungguh Allah hendak menghapuskan noda dari kalian, wahai ahlul bayt, dan benar-benar hendak menyucikan kalian. Marilah kita shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kalian’.” Ucapan salam ini ditujukan kepada keluarga Ali bin Abi Thalib dan Fathimah.

Tidak cukup dengan mengucapkan salam kepada ahlul baytnya, Rasulullah juga mengingatkan, “Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”

Selama ini telah banyak muncul beberapa buku dalam bahasa Arab yang berbicara tentang ahlul bayt. Tetapi yang dalam bahasa Indonesia memang belum banyak. Namun, alhamdulillah kini telah bertambah lagi dengan terbitnya buku Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan dan Allah SWT Memuliakannya, ditulis oleh Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.

Hadits Tsaqalain

Beberapa bahasan penting diuraikan dalam buku ini. Pembahasan diawali dengan kisah tentang sikap kaum kafir Quraisy yang mengejek bahwa Rasulullah tidak mempunyai keturunan karena anak laki-lakinya wafat. Kemudian berturut-turut dibahas ihwal dikukuhkannya ahlul bayt Nabi SAW berdasarkan surah Al-Ahzab ayat 33, bernasabnya semua orang kepada ayahnya kecuali anak-anak Fathimah, lalu tentang hadits tsaqalain, yaitu wasiat Nabi SAW bahwa beliau meninggalkan dua perkara berat kepada umatnya, yakni Al-Quran dan keturunannya.

Hadits tsaqalain itu memang berbeda dengan hadits lainnya yang telah sangat terkenal, yaitu bahwa Nabi SAW meninggalkan dua perkara, Al-Quran dan sunnahnya. Kedua hadits itu ada dan masing-masing tidak membatalkan yang lainnya. Bedanya, hadits tsaqalain tersebut masih belum banyak diketahui kaum muslimin, padahal tidak kalah pentingnya. Dan hadits itu memang menjadi bagian yang sangat urgen dalam pembahasan tentang keluarga Rasulullah, karena merupakan wasiat beliau.

Bahasan lain yang diuraikan dalam buku ini adalah tentang eksisnya keturunan Nabi SAW hingga hari kiamat, wajibnya mencintai keluarga Rasulullah, arti dan leluhur Bani Alawi, dan beberapa hal lain yang terkait. Dibahas pula tentang peranan keturunan Nabi SAW dalam penyebaran Islam.

Kehadiran buku ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah pengetahuan Islam, terutama bagi para pecinta Rasulullah SAW dan keluarganya. Bagi kaum muslimin, mereka dapat lebih memahami persoalan ini, sehingga dapat menambah kecintaan kepada keluarga dan keturunan beliau. Sedangkan bagi mereka yang tergolong keturunan beliau, dapat memahami tugas dan tanggung jawab mereka yang berat. RIS

Sumber Majalah Alkisah

Kamis, 14 Mei 2009

Kontektualisasi dan Reposisi Fungsi Wakaf

Kontektualisasi dan Reposisi Fungsi Wakaf Cetak E-mail

Ditulis oleh Achmad Kholiq

(Tela'ah atas Undang Undang RI Tentang Wakaf)
Wacana tentang wakaf, belakangan muncul kembali ke permukaan. Tidak lagi sekedar membincangkan tentang pandangan para ulama fiqh yang belum seragam tentang pengertian dan hakikat wakaf itu sendiri, tetapi lebih pada bagaimana mereposisi institusi wakaf agar lebih berperan dalam kancah problem sosial masyarakat terkait dengan kesejahteraan ekonomi. Karena disamping sebagai salah satu bentuk ajaran yang berdimensi spiritual, wakaf merupakan ajaran Islam yang berdimensi sosial, atau dalam bahasa agama disebut sebagai ibadah ijtimaiyyah. Karenanya redefinisi terhadap wakaf ,- agar lebih memiliki makna yang relevan dengan kondisi riil persoalan kesejahteraan umat menjadi suatu yang sangat strategis.

Merujuk pada praktek pelaksanaan wakaf yang dianjurkan oleh Nabi dan dicontohkan oleh para Shahabat, dimana sangat menekankan pada pentingnya menahan eksistensi benda wakaf, dan diperintahkan untuk menyedekahkan hasil dari pengelolaan benda tersebut. Pemahaman yang mudah dicerna dari kondisi tersebut adalah bahwa substansi wakaf itu tidak semata-mata terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf) tetapi yang jauh lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut untuk kepentingan umum. Institusi wakaf ini sesungguhnya telah dipraktikan dalam masyarakat jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, ia telah menjadi suatu bentuk adat kebiasaan yang melembaga di beberapa komunitas masyarakat di Indonesia. Sebut saja “Huma Serang”, praktik serupa wakaf dalam ajaran Islam ini telah lama dikenal di Banten, di Lombok ada “Tanah Pareman”, atau “Tanah Perdikan” di Jawa Timur, .bentuk-bentuk tersebut hampir menyerupai wakaf keluarga apabila dilihat fungsi dan pemanfaatannya yang tidak boleh diperjual belikan.

Kronologi Historis Wakaf
Sejak datangnya Islam, wakaf dilaksanakan berdasarkan paham yang dianut oleh mayoritas masyarakat Islam Indonesia, yaitu paham Syafi’iyyah dan adat kebiasaan setempat. Pola pelaksanaan wakaf sebelum lahirnya peraturan perundang-undangan yang mengatur wakaf, masih menggunakan kebiasaan-kebiasaan keagamaan seperti mewakafkan tanah secara lisan dan atas dasar saling percaya kepada seseorang atau lembaga tertentu tanpa melalui prosedur administratif karena dianggap sebagai suatu amalan ibadah semata dan harta wakaf merupakan milik Allah semata yang siapapun tidak akan berani menggugat.

Jika selama ini masalah wakaf kurang intensif dibahas bisa jadi karena umat Islam mulai hampir melupakan kegaiatan-kegiatan yang berasal dari lembaga perwakafan, selain itu adanya mismanagemen dan korupsi dalam pengelolaan wakaf menyebabkan pamor lembaga wakaf makin terlupakan. Padahal, potensi wakaf sebagai salah satu instrumen dalam membangun sosial ekonomi kehidupan umat, sesungguhnya tidak dapat dipandang sebelah mata. Wakaf telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit di beberapa negara Islam lain. Dengan pengelolaan aset wakaf yang professional, Mesir telah berhasil membangun sektor pendidikan dan medis dari dana hasil pengelolaan wakaf. Universitas al-Azhar Cairo, rumah-rumah sakit, pendidikan dan pemberdayaan tenaga pendidik serta beasiswa bagi para mahasiswa dibiayai dari hasil wakaf. Bahkan sebagai gambaran di Amerika Serikat, sebuah negara sekuler terbesar telah mengelola wakaf dari warga muslim minoritasnya secara professional oleh lembaga keuangan Islam, Kuwait Awqaf Pubilc Foundation (KADF).

Potensi wakaf di Indonesia sendiri sesungguhnya dapat menjadi tumpuan harapan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat serta pengentasan kemiskinan - di samping zakat, infak dan shadaqah,- apabila dapat dikelola secara baik dan professional. Dalam praktiknya di Indonesia, perwakafan amat lekat dengan wakaf tanah meskipun pada hakikatnya benda yang dapat diwakafkan tidak terbatas pada tanah. Menurut data yang ada di Departemen Agama RI, sampai dengan bulan September 2002, jumlah seluruh tanah wakaf di Indonesia sebanyak 362,471 lokasi dengan luas 1.535.198.586,59 m2. Namun data tersebut belumlah akurat mengingat data-data tentang asset wakaf tidak terkoordinir dengan baik dan terpusat dalam satu institusi yang professional. Dan umumnya tanah-tanah tersebut dikelola secara tradisional dan tidak produktif. Sehingga kurang terasa kontribusi dan manfaatnya bagi peningkatan kualitas hidup umat. Ironisnya disamping tidak terurus dan terbengkalai, banyak tanah wakaf yang belum bersertifikat sehingga sering menjadi objek sengketa bahkan diperjualbelikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Mengantisipasi kondisi tersebut, pemerintah telah mencanangkan beberapa tindakan antara lain : pertama, melakukan sertifikasi tanah wakaf yang ada di seluruh tanah air. Secara teknis hal ini tidaklah mudah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit maka penting untuk melibatkan instansi terkait seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam proses pembuatan sertifikat dan Pemerintah Daerah setempat guna menanggulangi pembiayaan sertifikasi, pengelolaan, pemberdayaan dan pengembangan tanah-tanah wakaf yang ada. Kedua, memberikan advokasi penuh terhadap tanah-tanah wakaf yang menjadi sengketa. Ketiga, menyusun suatu peraturan perundang-undangan yang komprehensif tentang wakaf, dalam bentuk Undang-undang. Keempat, pemanfaatan dan pemberdayaan tanah wakaf secara produktif.

Tela'ah Yuridis Formil Undang –Undang Wakaf
Peraturan perundang-undangan yang selama ini mengatur masalah perwakafan masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain: UU No.5 tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria, PP No.28 tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik, Peraturan Menteri Agama RI No.1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan PP No.28 Tahun 1977, Peraturan Dirjen Bimas Islam DEPAG RI No. Kep/D/75/1978 dan Inpres RI No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) dianggap belum memadai dan masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan dengan baik, sehingga kemauan kuat dari umat Islam untuk memaksimalkan peran kelembagaan dalam bidang perwakafan masih mengalami kendala-kendala formil. Berkaca dari peraturan tentang zakat, kelembagaan dan pengelolaan wakaf masih jauh dari professional dan hanya diatur dengan beberapa peraturan yang belum integral.

Sejalan dengan Undang-undang No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas tahun 2000-2004 dan TAP MPR No.IV/MPR/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004 yang antara lain menetapkan arah kebijakan pembangunan hukum, maka dipandang perlu dan inhenren untuk menyusun suatu Rancangan Undang-undang tentang wakaf . Undang –undang wakaf yang telah dihasilkan oleh DPR dan Pemerintah kita sesungguhnya menyiratkan satu harapan lahirnya suatu Undang-undang yang komprehensif tentang wakaf sehingga kendala-kendala formil yang menghambat pemberdayaan wakaf dapat segera teratasi.

Disadari bahwa masih belum terintegrasinya peraturan teknis pengelolaan wakaf, kelemahan pengaturan hukum persoalan wakaf terkait dengan kepastian perlindungan rasa aman bagi pihak-pihak terkait seperti wakif (orang yang mewakafkan); Nadzir (pengelola wakaf) dan maukuf alaihi (peruntukan wakaf) baik perseorangan maupun badan hukum, dan keterbatasan aturan mengenai perwakafan merupakan kelemahan dan kendala formil yang mengurangi optimalisasi pemberdayaan wakaf secara keseluruhan. Wakaf merupakan perbuatan hukum yang hanya dimiliki oleh Islam, maka potensial untuk dikembangakan sesuai dengan fungsinya dimana sekalipun berbentuk kebendaan tetapi tetap pada posisi sebagai perbuatan ibadah, karenanya penting untuk menyusun substansi yang komprehensif dan mewakili ruh yang hakiki dari lembaga wakaf ini mengingat ia adalah produk fiqh yang tidak lepas dari khilafiyah, sehingga penting untuk mencapai satu kesepakatan hukum agar dapat diterapkan. Disanalah peran legalisasi dari pihak yang berwenang dalam mengatasi perbedaan persepsi tentang wakaf. Hal ini sejalan dengan kaidah fiqh “hukmu al-hakim yarfa’u al-khilaf” (keputusan pemerintah akan menghilangkan perbedaan).

Poin poin penting dalam Undang –Undang wakaf yang melingkupi materi yang mengatur masalah wakaf mulai dari ketentuan umum mengenai definisi dari wakaf dan hal-hal mendasar lainnya sampai pada ketentuan pidana dan sanksi administratif bagi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal iru. Sistematika Undang undang ini tampak lebih sempurna dibanding aturan tentang wakaf yang ada dalam KHI. Munculnya beberapa substansi baru yang diatur dalam undang-undang ini tampaknya merupakan jawaban dan solusi atas fenomena lembaga perwakafan di Indonesia sebagaimana digambarkan sebelumnya.
Beberapa catatan penting Undang undang tentang wakaf ini diantaranya ketentuan mengenai Wakif, jika dalam KHI disebutkan wakif sebagai orang atau orang-orang ataupun badan hukum yang mewakafkan benda miliknya. Dalam dalam salah salah satu pasalnya, undang-undang wakaf telah mengalami penyempurnaan terutama yang mnyebutkan bahwa selain perseorangan, baik WNI maupun WNA, organisasi, badan hukum Indonesia maupun asing dapat mewakafkan hartanya.

Tampaknya undang-undang wakaf ini berusaha menjaring pihak-pihak yang lebih luas guna mengoptimalkan potensi wakaf. Ketentuan mengenai nazhir sebagai pengelola wakaf memang tidak banyak mengalami perubahan, tetapi tampak ada penekanan persyaratan professional dan job description yang lebih jelas bagi nazhir, tidak semata pada persyaratan normative. Hal ini mengarah pada pengelolaan wakaf yang professional dan bertanggungjawab. Selanjutnya reinterpretasi konsep wakaf yang dilatarbelakangi oleh perkembangan persoalan yang makin kompleks, perubahan sosial, perkembangan teori ekonomi dan moneter serta teori pembangunan memunculkan konsep wakaf tunai (cash waqaf) yang diprakarsai oleh Prof M.A. Mannan ,- pakar ekonomi dari Bangladesh,-. Dalam upaya optimalissai pengelolaan potensi wakaf dan perluasan cakupan harta wakaf. Undang-undang ini mengakomodir fenomena diatas dengan memungkinkan adanya waqaf dari benda bergerak berupa uang, logam mulia, surat berharga , kendaraan, HAKI, hak sewa bahkan membuka kemungkinan adanya bentuk benda/objek wakaf yang lain. Hal ini merupakan tuntutan dari stimulus riil dalam perkembangan ekonomi dan tidak lagi sekedar menjadi wacana karena telah dipraktekkan di negara-negara muslim lainnya seperti Bangladesh, Mesir, Qatar, Saudi Arabia, Kuawait dan lain-lainnya. Komisi fatwa MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa mengenai wakaf tunai ini sejak Mei 2002.

Ketentuan mengenai wakaf tunai ini dapat memungkinkan timbulnya pembaharuan tentang keberlakuan wakaf yang permanen menuju wakaf dengan jangka waktu (berjangka) seperti tanah HGB, uang deposito, saham dan lain sebagainya. Walaupun udang-undang ini memang tidak menyebutkan jenis wakaf seperti ini secara eksplisit tapi tidak menutup kemungkinan dalam peraturan pelaksanaannya diatur mengenai hal tersebut. Konsep ini. pada hakikatnya bertujuan untuk menjaring potensi wakaf sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Wakaf tunai juga melibatkan lembaga keuangan syariah sebagai mediator, namun yang mungkin belum diatur adalah adanya lembaga penjamin untuk mengantisipasi kemungkinan habisnya harta wakaf apabila terjadi pailit. Harus disadari pula bahwa pengelolaan dana wakaf tunai ini merupakan dana publik yang harus dipertanggungjawabkan secara trasparan dan accountable.

Suatu peraturan Undang-undang yang baik selain tergali dari nilai-nilai sosiologis masyarakat juga harus dapat diimplementasikan dan memiliki daya tegak. Karenanya undang-undang ini perlu mendelegasikan peran-peran teknis tertentu kepada peraturan dibawahnya agar ketentuan dan norma-norma dalam undang-undang dapat teraplikasi dan menghindari undang-undang ini kelak dari kemandulan, sehingga perlu segera disiapkan peraturan pelaksana dan perangkat-perangkat penunjangnya. Disusunnya undang-undang ini juga dalam rangka menjamin kepastian hukum dan menjadi koridor kebijakan dalam advokasi dan penyelesaian sengketa wakaf. Undang undang wakaf ini mengamanatkan dibentuknya sebuah badan independen dan berskala nasional yang bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap nazhir, memberikan persetujuan dan perubahan peruntukkan status wakaf, mengelola dan mengembangkan wakaf serta berwenang memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. Badan Independen ini pula yang bertugas mengembangkan wakaf secara produktif dan sesuai syari’at Islam melalui penggalian konsep fiqh wakaf. Tampaknya tugas inilah yang paling penting untuk segera direalisasikan. Pengawasan terhadap badan ini dilakukan melalui audit oleh lembaga audit yang juga independent dan hasilnya diumumkan pada khalayak. Sosialisasi pengembangan wakaf produktif kepada masyarakat juga bukan masalah yang sederhana, pemahaman yang sudah melekat di masyarakat tentang bentuk wakaf yang tidak produktif dan terbatas pada fungsi-fungsi tertentu membutuhkan proses pembelajaran sekaligus pembuktian yang membutuhkan energi yang tidak sedikit. Disanalah peran strategis BWI (Badan Wakaf Indonesia) dalam mereposisi peran wakaf agar mampu menjawab probelmatika sosial yang dialami umat.

Penutup
Dengan lahirnya undang-undang trentang wakaf, maka peran dan tugas pemerintah sebagai pelaksana undang-undang ini tidaklah mudah. Kesungguhan dan profesionalitas harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan agar tujuan wakaf yang hakiki dapat terwujud. Dan bahwa undang-undang ini tidak sekedar menjawab kendala-kendala formil terkait dengan wakaf tapi menunjukkan kesungguhan kita untuk membangun kembali kesejahteraan umat melalui potensi umat.
Undang-undang wakaf ini merupakan salah satu perangkat untuk mengembangkan wakaf produktif namun keberhasilan pengembangan wakaf tersebut juga sangat bergantung pada political will dari pemerintah dan komitmen seluruh umat Islam. Sungguh ini bukan proses yang ringan karena menyangkut banyak aspek dan terkait dengan pola pemahaman keberagamaan yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun. Selain kemaun dan kemampuan, dibutuhkan pula modal yang tidak sedikit.
Wallahu a’lam bi alshawab

Cara Ber-Istiqomah di Zaman Modern

Cara Ber-Istiqomah di Zaman Modern Cetak E-mail
Ditulis oleh Dewan Asatidz
Bagaimana agar kita tetap istiqomah dalam bertaqwa pada jaman sekarang ini karena sekarang banyak sekali godaannya, terutama dengan semakin majunya peradaban jaman..? Assalamu'alaikum, Aaya ingin bertanya dalam rubrik ini. 1. Bagaimana untuk meyakinkan bahwa semua kebaikan dan kejahatan itu adalah atas kehendak Allah swt..? 2. Bagaimana agar kita tetap istiqomah dalam bertaqwa pada jaman sekarang ini karena sekarang banyak sekali godaannya, terutama dengan semakin majunya peradaban jaman..? Wassalam M. Tohir – Tangerang --------- Jawab --------- 1. Pernyataan Anda perlu saya luruskan dengan keterangan sbb: Pertama, Allah menurunkan ajaran yang fithri/alami/natural (karenanya tidak bisa disebut sebagai beban) demi kebaikan/kebahagiaan manusia; Kedua, Allah menghendaki agar ajaran itu dilaksanakan sebaik-baiknya; Ketiga, namun begitu Allah menyerahkan pada manusia mau menerima perintah itu atau tidak, manusia harus berusaha sendiri untuk melaksanakan ajaran tsb. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa kejahatan (dengan arti kemaksiatan) itu kehendak Allah swt. Coba Anda renungi ayat berikut: "Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir'. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al-Kahfi/18:29) Perlu ditegaskan di sini adanya perbedaan antara kejahatan dengan arti madharat/balaa', dan kejahatan dengan arti kemaksiatan. Pada hakekatnya memang satu, tapi dua. Jelasnya demikian, pencurian adalah tindakan kejahatan, baik dari sisi pencuri atau orang yang tercuri. Tapi bila kita kaitkan dengan istilah madharat/balaa' dan maksiat, maka akan jelas perbedaannya: si pencuri melakukan kemaksiatan (pencurian), dan si tercuri terkena madharat (pencurian). Dan tindakan mencuri (kemaksiatan) sama sekali bukan kehendak Allah. Nah, orang yang tertimpa madharrat atau balaa' tidak berarti tertimpa kejelekan. Renungkan hadis Nabi berikut: Seseorang mengeluh ke Rasulullah: "Wahai Rasul, harta saya hilang dan badan saya sakit." Jawab beliau: "Kebaikan (keberuntungan) itu tidak terdapat pada orang yang hartanya tidak hilang dan badannya tidak sakit. Karena sesungguhnya, jika Allah memang mencintai seorang hamba Allah menurunkan cobaan padanya lantas membekalinya kesabaran." Hadis ini menyiratkan bahwa kejelekan/keburukan itu bukanlah identik dengan kenikmatan duniawi. Tapi kebaikan adalah kesabaran itu sendiri. 2. Sebelum membahas bagaimana tetap Istiqamah dalam bertakwa, perlu Anda ketahui mengenai apa sebenarnya taqwa itu (mena'ati perintah dan menjauhi larangan Allah Swt). Saya hanya ingin menegaskan bahwa taqwa itu tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ibadah murni, seperti shalat, puasa, zakat, dll. Tapi taqwa juga meliputi hal-hal yang sifatnya duniawi, asal itu baik dan bermanfaat. Kita menekuni apa yang menjadi hobi dan keahlian kita kendati itu hanya semata bersifat duniawi namun bermanfaat bagi semua makhluk di bumi ini juga taqwa. Sebab Allah melarang tindakan-tindakan yang berakibat pada rusaknya lingkungan, dan Allah juga menegaskan agar kita jangan sampai melupakan persoalan-persoalan duniawi yang menopang kemaslahatan hidup kita di dunia. Singkatnya, orang Islam itu harus jaya di dunia dan jangan sampai melupakan akheratnya. Oleh karena demikian luasnya wilayah taqwa, maka dengan sendirinya problem istiqamah juga tidak sama. Jika problem istiqamah Anda menyangkut hal 'ibadah, misal Anda sesekali berani melanggar perintah agama, seperti shalat, puasa, dll), Anda perlu meningkatkan wawasan keakhiratan. Sebab kebanyakan faktor yang memnyebabkan terputusnya kontinyuitas/istiqamahnya suatu kegiatan (baik kegiatan duniawi atau ukhrawi) tiada lain adalah minimnya wawasan. Setidaknya yang bisa Anda lakukan sendiri adalah menghidupkan kesadaran akan adanya kehidupan sesudah mati atau kehidupan akherat. Saya kira semua orang Islam meyakini adanya kehidupan akherat, hanya saja kenyataannya tidak sedikit orang-orang yang lupa akan hal itu. Mereka terlelap dalam kenikmatan duniawi. Maka orang seperti ini perlu disadarkan mengenai kehidupan akherat, di mana orang yang sebagian besar hidupnya penuh ketaatan akan masuk surga dan bila didominasi kemaksiatan akan masuk neraka. Bertanya-tanyalah dalam hati Anda: apa sebenarnya tujuan hidup Anda? Apa hanya ingin cukup dengan kenikmatan duniawi? dengan semata melimpahnya harta-dunia apakah ketenangan batin bisa didapat? tidakkah batin akan tenang dengan menaati perintah-perintah agama, berdzikir/mengingat Allah? Kalau pertanyaan-pertanyaan (muhaasabah) seperti ini belum mempan juga, sering-seringlah memikirkan "seandainya besok aku mati". Dan jika hati Anda sudah tergerak untuk rajin melakukan ibadah, hanya saja Anda menghadapi problem lain, misal kurang mengetahui cara-cara ibadah denganbenar, Anda harus bertanya ke ahlinya. Dan jika problem istiqamah itu menyangkut soal keduniaan, maka kita perlu meningkatkan wawasan/ilmu pengetahuan tentang keduniaan. Yang bisa Anda lakukan mula-mula adalah menetapkan program, rencana-rencana, dan target. Anda juga harus meningkatkan kedisiplinan, kesungguhan, dan ketulusan. Bangunlah kesadaran bahwa diri kita juga harus memberi manfaat pada orang lain. Sebab sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi lingkungannya. Untuk melengkapi tema istiqamah, berikut ini saya ambilkan tulisan Dr. Nurcholish Madjid yang berjudul "Istiqamah Di Zaman Modern" dalam bukunya Pintu-Pintu Menuju Tuhan. *** ISTIQAMAH DI ZAMAN MODERN Istiqamah artinya teguh hati, taat asas, atau konsisten. Meskipun tidak semua orang bisa bersikap istiqamah, namun memeluk agama, untuk memperoleh hikmahnya secara optimal, sangat memerlukan sikap itu. Allah menjanjikan demikian: "Dan seandainya mereka itu bersikap istiqamah di atas jalan kebenaran, maka pastilah Kami siramkan kepada mereka air yang melimpah." (QS. Al-Jinn/72:16). Air adalah lambang kehidupan dan lambang kemakmuran. Maka Allah menjanjikan mereka yang konsisten mengikuti jalan yang benar akan mendapatkan hidup yang bahagia. Tentu saja keperluan kepada sikap istiqamah itu ada pada setiap masa, dan mungkin lebih-lebih lagi diperlukan di zaman modern ini. Karena kemodernan (modernitas, modernity) bercirikan perubahan. Bahkan para ahli menyebutkan bahwa kemodernan ditandai oleh "perubahan yang terlembagakan" (institutionalized change). Artinya, jika pada zaman-zaman sebelumnya perubahan adalah sesuatu yang "luar biasa" dan hanya terjadi di dalam kurun waktu yang amat panjang, di zaman modern perubahan itu merupakan gejala harian, dan sudah menjadi keharusan. Lihat saja, misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi microchip (harfiah: kerupuk kecil) dalam teknologi elektronika. Siapa saja yang mencoba bertahan pada suatu bentuk produk, baik dia itu produsen atau konsumen, pasti akan tergilas dan merugi sendiri. Karena itulah maka "Lembah Silikon" atau Silicon Valley di California selalu diliputi oleh ketegangan akibat kompetisi yang amat keras. Adanya kesan bahwa "perubahan yang terlembagakan" itu tidak memberi tempat istiqamah adalah salah. Kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi bahwa istiqamah mengandung makna yang statis. Memang istiqamah mengandung arti kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekan. Melainkan lebih dekat kepada arti stabilitas yang dinamis. Dapat dikiaskan dengan kendaraan bermotor: semakin tinggi teknologi suatu mobil, semakin mampu dia melaju dengan cepat tanpa guncangan. Maka disebut mobil itu memiliki stabilitas atau istiqamah. Dan mobil disebut dengan stabil bukanlah pada waktu ia berhenti, tapi justru ketika dia melaju dengan cepat. Maka begitu pula dengan hidup di zaman modern ini. Kita harus bergerak, melaju, namun tetap stabil, tanpa goyah. Ini bisa saja terwujud kalau kita menyadari dan meyakini apa tujuan hidup kita, dan kita dengan setia mengarahkan diri kepadanya, sama dengan mobil yang stabil terus melaju ke depan, tanpa terseot ke kanan-kiri. Lebih-lebih lagi, yang sebenarnya mengalami "perubahan yang terlembagakan" dalam zaman modern ini hanyalah bidang-bidang yang bersangkutan dengan "cara" hidup saja, bukan esensi hidup itu sendiri dan tujuannya. Ibarat perjalanan Jakarta-Surabaya, yang mengalami perubahan hanyalah alat transportasinya, mulai dari jalan kaki, sampai naik pesawat terbang. Tujuannya sendiri tidak terpengaruh oleh "cara" menempuh perjalanan itu sendiri. Maka ibarat mobil yang stabil yang mampu melaju dengan cepat, begitu pula orang yang mencapai istiqamah tidak akan goyah, apalagi takut, oleh lajunya perubahan. Dia hidup dinamis, berjalan di atas kebenaran demi kebenaran, untuk sampai akhirnya kembali kepada Tuhan, sang Kebenaran Mutlak dan Abadi. Dan kesadaran akan hidup menuju Tuhan itulah yang akan memberi kebahagiaan sejati sesuai janji Tuhan di atas. *** Semoga bermanfaat. Wassalam Arif Hidayat

Arogansi Seorang Ustadz Salafi

CATATAN 11

Arogansi Seorang Ustadz Salafi

Arogan atau arrogant adalah sombong, suatu sifat yang sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa Allah berfirman,

الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ .

“Kesombongan adalah selendangku dan keagungan adalah adalah kainku. Maka barangsiapa yang menyelisihi-Ku1 pada salah satunya, Aku akan lemparkan dia ke dalam neraka.”2

Dan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ .

“Tidak masuk surga: orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan meski hanya sebesar biji sawi.”3

Secara sederhana, setidaknya tanda-tanda sombong ada tiga, yaitu:

  1. Menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain.

  2. Menolak kebenaran.

  3. Meremehkan atau merendahkan orang lain.

Tiga karakter ini bisa dilihat dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika berkisah tentang sikap iblis yang membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, Al-Qur`an Al-Karim menuturkan,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ .

“Allah berfirman; ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab; ‘Saya lebih baik daripada dia. Engkau menciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al-A’raaf: 12)

Dalam ayat lain disebutkan,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ .

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat; ‘Bersujudlah kalian kepada Adam,’ maka bersujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)

Dalam hadits shahih, disebutkan bahwa,

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ . (رواه مسلم)

“Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim)4

Jadi, sombong adalah akhlaq yang buruk lagi tercela. Ia dilarang dalam agama Islam. Sombong adalah karakter iblis. Karena kesombonganlah, iblis diusir dari surga. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh sombong. Apalagi, jika kita mengaku mengikuti salafush shalih, maka hendaknya kita buang jauh-jauh sifat sombong ini dari diri kita. Sebab, tidak ada satu pun ulama salaf yang memiliki sifat sombong dan mengajarkan kesombongan.

Sekarang, mari kita lihat tanda-tanda kesombongan dalam buku MDMTK.

Al Ustadz Abu Abdillah Luqman bin Muhammad Ba’abduh berkata,

Saudara Abduh ZA tidak memandang kalimat/komentar tersebut sebagai kalimat yang memiliki arti penting dan nilai yang sangat besar dalam ilmu hadits, sehingga dalam pandangannya tidak perlu dinukilkan. Tentu hal ini menunjukkan –ma’af– dangkalnya pengetahuan saudara Abduh ZA tentang ilmu hadits dan lafazh-lafazh yang digunakan oleh para muhadditsin (para pakar hadits) dalam menilai atau mengomentari suatu hadits.”5

Perhatikan kalimat yang kami beri garis bawah. Al Ustadz Luqman mengatakan bahwa kami mempunyai pengetahuan yang dangkal dalam ilmu hadits. Ini jelas merendahkan dan melecehkan orang lain. Dan, ini adalah sebuah arogansi. Terlepas dari yang direndahkan adalah kami atau perendahan itu dibumbui kata maaf, tetapi sungguh hal semacam ini tidak layak dilakukan oleh seorang muslim. Siapa pun orangnya. Apalagi jika orang tersebut mengaku bermanhaj salaf. Dan apalagi orang tersebut diustadzkan di kalangan salafi.

Setelah merendahkan kami, kali ini Al Ustadz Luqman Ba’abduh merendahkan buku DSDB yang ditulis Ustadz Abu Abdirrahman Al Thalibi. Beliau berkata,

Sangat disayangkan, ternyata buku STSK yang –katanya– memiliki bobot ilmiah ini, telah menjadikan sebuah buku yang sangat (ma’af) murahan dan sama sekali tidak memiliki bobot ilmiah –terkhusus menurut kriteria saudara Abduh ZA– sebagai salah satu sumber rujukan. Yaitu buku yang berjudul Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak (sering disingkat dengan DSDB), yang dipuji saudara Abduh ZA …”6

Di sini, Al Ustadz Luqman benar-benar telah menampakkan kesombongannya yang sangat tidak pantas dilakukan oleh siapa pun. Bagaimana mungkin ada seorang ustadz salafi mengatakan sebuah buku sebagai; “Sangat murahan” dan “Sama sekali tidak memiliki bobot ilmiah?” Meskipun terselip kata maaf, namun inti dari perkataan ini jelas sangat melecehkan sebuah karya (buku) sekaligus penulisnya. Padahal, sebagai seorang yang masih memiliki akal sehat, mestinya Al Ustadz Luqman bisa menanggapi buku DSDB dengan cara yang sehat pula. Bukan dengan cara merendahkan dan pamer keangkuhan semacam ini. Lagi pula, mengatakan “sama sekali tidak memiliki bobot ilmiah” seperti ini, sama saja dengan menihilkan dan mengabaikan semua yang ada di dalamnya; termasuk ayat-ayat suci Al-Qur`an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta fatwa para ulama besar Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Dan, ini jelas sangat bertentangan dengan akhlaq seorang muslim.

Sikap merendahkan dan melecehkan dari Al Ustadz Luqman yang mengaku bermanhaj salaf terhadap buku DSDB tidak berhenti hanya pada nukilan di atas. Show of arrogant ini berlanjut dan menguat pada perkataan Al Ustadz Luqman berikutnya,

“… maka kami katakan bahwa buku tersebut memang nilainya “bak kacang goreng”. Nah, buku STSK yang katanya ilmiah ini, objektif dan proporsional ini, ternyata menjadikan buku tersebut sebagai salah satu rujukannya.

Sekadar contoh yang menunjukkan bahwa buku tersebut benar-benar bak kacang goreng …”7

Lihatlah, bagaimana Al Ustadz Luqman melecehkan buku DSDB sedemikian rupa. Menyamakan sebuah buku yang ditulis dengan mencurahkan pikiran dan waktu dengan kacang goreng, jelas merupakan suatu pelecehan yang keterlaluan. Belum lagi, di dalamnya terdapat firman Allah ‘Azza wa Jalla dan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta fatwa-fatwa para ulama besar.

Kacang goreng adalah makanan rakyat yang harganya relatif murah. Jelas sangat berbeda antara mengatakan buku DSDB laris bak kacang goreng dengan mengatakannya “benar-benar bak kacang goreng” atau “nilainya bak kacang goreng.” Sebab, hal ini sama saja dengan mengatakan “murahan.” Dan, memang inilah yang sejatinya dikehendaki oleh Al Ustadz Luqman, dimana sebelumnya beliau mengatakan bahwa buku DSDB “sangat murahan” dan “sama sekali tidak memiliki bobot ilmiah.”

Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh hafizhahullah juga mengulangi show of arrogant-nya ketika mengatakan,

Demikianlah selayang pandang tentang buku Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak yang ternyata tidak bijak dan nilainya benar-benar bak kacang goreng. Semula kami ingin membantah buku tersebut. Namun karena mutu dan isinya sangat rendah dan penulisnya sangat pandai bersilat lidah –sebagaimana tulisan-tulisannya di milis-milis internet–8 maka kami tidak ingin menjerumuskan diri dalam kenistaan. Waktu kami terlalu mahal untuk itu.”9

Ada beberapa nada kesombongan dalam nukilan di atas, yaitu:

  • Buku DSDB tidak bijak dan nilainya benar-benar bak kacang goreng.

  • Mutu dan isinya sangat rendah.

  • Penulisnya sangat pandai bersilat lidah.

  • Membantah buku DSDB sama saja dengan menjerumuskan diri dalam kenistaan.

  • Menganggap waktunya terlalu mahal untuk membantah DSDB.

Sungguh, kesombongan semacam ini sangat tidak pantas dilakukan oleh Al Ustadz Luqman Ba’abduh dan siapa pun. Mengatakan mutu dan isi buku DSDB sangat rendah, jelas-jelas sebuah perendahan dan pelecehan yang sangat kasar. Padahal, banyak kalangan yang memuji isi buku DSDB ini dan banyak pula yang merasa tercerahkan dengan kehadirannya. Mengatakan penulisnya sangat pandai bersilat lidah juga merupakan pelecehan. Sebab, setiap orang berhak membela diri dan memberikan penjelasan atas apa yang telah dilakukan atau disampaikannya. Dan dalam hal ini, penulis DSDB telah melakukannya dengan baik.

Kemudian, jika Al Ustadz Luqman menganggap bahwa membantah buku DSDB sama saja dengan menjerumuskan diri dalam kenistaan, maka secara tidak langsung beliau justru menistakan diri beliau sendiri. Karena dua buku beliau, yaitu MAT dan MDMTK pun adalah buku bantahan. Buku pertama membantah Imam Samudra, dan buku kedua membantah kami. Bahkan, sejumlah tulisan dan rekaman beliau yang datanya bisa ditemui di internet,10 banyak sekali yang temanya berupa bantahan. Apakah beliau merasa jika membantah DSDB akan menjerumuskan diri ke dalam kenistaan sementara jika membantah selain DSDB, beliau tidak merasakan hal yang sama?

Berikutnya, perkataan Al Ustadz Luqman bahwa waktunya terlalu mahal untuk membantah DSDB, juga merupakan kesombongan. Dikiranya yang waktunya –terlalu– mahal hanya waktu beliau, sementara waktu orang lain dianggap murah. Demikian kurang lebih mafhum mukhalafah (baca: secara tidak langsung) perkataan Al Ustadz Luqman. Padahal, beliau sering meluangkan waktunya untuk membantah dan membantah, meski tidak pernah secara langsung di hadapan orang atau pihak yang dibantah.11

Berbicara tentang akhlaq, tampaknya tidak cukup signifikan jika yang kami tampilkan di sini hanya tanda-tanda kesombongan Al Ustadz Luqman dalam buku MDMTK saja. Tidak ada salahnya, jika kami juga kutipkan beberapa hal semacam ini dari buku beliau sebelumnya, MAT. Misalnya ucapan beliau yang terhormat di bawah ini,

Benar… orang serendah dan sebodoh para teroris — baik itu Usamah bin Laden, Salman, Safar, atau bahkan lebih-lebih teroris dari Indonesia ini: Imam Samudra, dan cs-nya — tidak akan bisa menilai seperti penilaian para ulama besar tersebut.”12


Di sini, Al Ustadz Luqman terang-terangan merendahkan dan membodohkan Syaikh DR. Safar bin Abdirrahman Al-Hawali, Syaikh DR. Salman bin Fahd Al-Audah, dan juga Usamah bin Laden –terlepas dari kontroversi seputar Usamah–. Itu pun, masih ditambah dengan tuduhan seperti biasanya; para teroris.

Selanjutnya, ketika Imam Samudra menukil fatwa jihad sebagian ulama, Al Ustadz Luqman Ba’abduh mengatakan,

Inilah akibatnya kalau Ruwaibidhah berfatwa. Urusan jadi kacau. Umat akan hancur. Karena mereka berfatwa tidak dengan ilmu, tapi dengan kejahilan dan logika serta dugaan-dugaan saja.”13


Ini jelas-jelas pelecehan terhadap ulama sekelas Syaikh Safar Al-Hawali dan Syaikh Salman Al-Audah. Mengatakan ulama yang diakui keilmuan dan perannya oleh umat sebagai ruwaibidhah, berfatwa tidak dengan ilmu tapi dengan kejahilan dan logika serta dugaan semata, adalah kesombongan yang luar biasa. Apalagi kata “mereka” di sini bisa menunjuk kepada banyak ulama dan mujahid, karena memang dalam buku MAT, banyak sekali ulama dan mujahid yang tidak selamat dari tuduhan dusta Al Ustadz Luqman. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ .

“Muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.”14

Al Ustadz Luqman juga berkata,

Maka, mereka menyulut emosi umat Islam dalam rangka membangkitkan permusuhan kepada pemerintah Saudi Arabia … dan seterusnya … dengan data dan fakta yang mereka ambil dari15 buku komik yang berjudul Wa’du Kissinger karya salah satu tokoh teroris masa ini, DR.16 Safar Al Hawali.”17

Di sini, Al Ustadz Luqman melecehkan buku Wa’du Kissinger yang ditulis oleh Syaikh Safar dengan mengatakannya sebagai “buku komik.” Selain juga menuduh penulisnya sebagai “salah satu tokoh teroris.” Namun disini kita tidak sedang membicarakan soal tuduh-menuduh, melainkan membahas tentang tanda-tanda kesombongan Al Ustadz Luqman.

Pada halaman yang lain Al Ustadz Luqman mengatakan,

Wajar saja kalau Imam berkesimpulan bahwa yang terjadi di teluk saat ini merupakan skenario kolosal yang dimainkan oleh AS, karena memang Buku18 Wa’du Kissinger kebanggaannya ini, merupakan buku yang tak ubahnya sebuah komik yang berisi mimpi-mipmi buruk bocah ingusan kemarin sore…”19


Di sini, Al Ustadz Luqman kembali mengatakan bahwa buku Wa’du Kissinger tak ubahnya seperti sebuah komik. Masya Allah… buku bagus karya seorang ulama sekelas Syaikh DR. Safar Al-Hawali dikatakan seperti komik.20 Apakah hanya karena beliau tidak setuju dengan isinya lalu beliau bersikap merendahkan seperti ini? Sungguh, tidaklah mengherankan jika kemudian Al Ustadz Luqman berani menjelek-jelekkan buku kami dan DSDB, dan mungkin juga buku-buku yang lain, dengan sebutan-sebutan yang bernada merendahkan. Dan, sikap merendahkan orang lain semacam ini adalah sifat orang yang sombong.

Terakhir,21 beginilah salah satu cara Al Ustadz Luqman Ba’abduh merendahkan orang lain. Beliau berkata,

Bukan tokoh-tokoh revolusioner dan reaksioner22 semacam Usamah bin Laden, Safar Al Hawali, ataupun Salman dan cs mereka dan orang-orang yang setype dengan mereka serta – ma’af-ma’af saja tentu lebih-lebih lagi– bukan pula semacam para teroris muda berdarah dingin yang tidak memiliki bekal ilmu sedikit pun dan ‘demen yang ribut-ribut dan berbau kematian’, yaitu Imam Samudra dan cs nya.”23


Lihat kata-kata yang kami beri garis bawah. Meskipun yang dikritik adalah Imam Samudra, terpidana mati kasus Bom Bali 1, tetapi mengatakan seseorang dengan perkataan “tidak memiliki bekal ilmu sedikit pun,”24 sungguh merupakan sikap yang merendahkan orang lain. Memangnya, apakah ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki ilmu SEDIKIT PUN? Sungguh, ini adalah suatu kesombongan. Lagi pula, bagaimana pun juga Imam Samudra adalah seorang mukmin. Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ .

“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Al-Hijr: 88)

Simetris dengan larangan sombong, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita agar bersikap tawadhu’, bersikap rendah hati terhadap sesama orang beriman. Beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ .

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu’. Sehingga tidak ada orang yang berbuat aniaya terhadap orang lain, dan tidak ada yang merasa lebih ‘hebat’ dari orang lain.”25


1 Dalam ‘Aun Al-Ma’bud disebutkan, bahwa makna “menyelisihi-Ku” adalah turut serta bersama-Ku memiliki salah satu dari dua sifat tersebut. Lihat syarah hadits ini pada program Ensiklopedi Hadits Nabi terbitan Global Islamic Software.

2 HR Abu Dawud dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Lihat; Sunan Abi Dawud/Kitab Al-Libas/Bab Ma Ja`a fi Al-Kibr/hadits nomor 3567. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4164 & 4165), Ahmad (8991 & 9143), Ibnu Baththah (Al-Ibanah Al-Kubra/2638), Ibnu Hibban (329 & 5763)), Al-Qudha’i (1339 & 1341), dan Al-Baghawi (Syarh As-Sunnah/3534). Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini atau yang senada dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah/Juz 2/Hlm 40/hadits nomor 541; Shahih At-Targhib wa At-Tarhib/Juz 3/Hlm 64hadits nomor 2889; Shahih Sunan Abi Dawud/Juz 2/Hlm 90/hadits nomor 4090; Shahih Sunan Ibni Majah/Juz 9/Hlm 174/hadits nomor 4174; dan Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir/Juz 16/Hlm 407/hadits nomor 7760. Al-Baghawi berkata, “Ini hadits shahih, dikeluarkan oleh Muslim.”

3 HR. Muslim (133), At-Tirmidzi (1922), Ahmad (3751), Al-Baihaqi (Syu’ab AlIman/5922), Abu Ya’la (4883), dan Ibnu Hibban (5558); dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu.

4 Shahih Muslim/Kitab Al-Iman/Bab Tahrim Al-Kibr wa Bayanih/hadits nomor 131, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3600), Ibnu Hibban (12/5466), dan Al-Hakim (1/69).

5 MDMTK, hlm 263. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

6 Ibid, hlm 448. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

7 Ibid, hlm 449. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

8 Ini adalah perkatan Al Ustadz Luqman yang tanpa ilmu. Kalau sebelumnya beliau mengatakan penulis DSDB sebagai “sok tahu.” Maka, sebetulnya hal ini juga berlaku bagi diri beliau. Sebab, Ustadz Abu Abdirrahman Al Thalibi mengatakan kepada kami bahwa beliau hampir tidak mengikuti milis apa pun. Apalagi milis-milis, dengan kata jamak yang berarti lebih dari dua milis. Yang benar adalah, bahwasanya Ustadz Al Thalibi memang pernah turut aktif menulis di Forum GDI (Gerakan Dakwah Islam, sekarang berubah menjadi Dunia Dakwah Islam) MyQuran. Itu pun sebetulnya bukan milis, melainkan forum diskusi. Dan, mudah-mudahan Al Ustadz Luqman bisa membedakan antara apa itu forum diskusi dan milis. Lagi pula, MyQuran.org juga mempunyai milis tersendiri dimana kami juga menjadi anggotanya, meski pasif.

9 Ibid, hlm 462. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

10 Jika Anda ingin membuktikannya, sebaiknya segera saja mencarinya di internet sebelum datanya hilang atau dihilangkan.

11 Setidaknya beliau tidak pernah mau (tidak berani?) berhadapan langsung dengan kami atau dengan Ustadz Fauzan Al-Anshari atau dengan orang-orang PKS atau HTI, misalnya.

12 Mereka Adalah Teroris!/Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Hlm 638/Cetakan pertama/Ramadhan 1426 H – Oktober 2005 M. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

13 Ibid, hlm 643. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

14 HR. Al-Bukhari (9 & 6003), Muslim (58), At-Tirmidzi (2551), An-Nasa`i (4910), Abu Dawud (2122), Ahmad (6228, 6515, dll), Ad-Darimi (2600), Al-Hakim (22 & 6258), Ath-Thabarani (Al-Awsath/3736), Ibnu Hibban (180), Al-Humaidi (623), Abu Nu’aim (Ma’rifatu Ash-Shahabah/6358), dan Al-Qudha’i (159); dari beberapa sahabat Radhiyallahu ‘Anhum.

15 Di buku aslinya tertulis, “dan.” Maaf, mungkin yang dimaksud Al Ustadz Luqman yaitu, “dari.”

16 Maaf, kami tidak mengubah kata “Dr.” menjadi “DR.” sebagaimana yang dikritik Al Ustadz Luqman pada pembahasan yang lalu. Di sini, kata yang tertulis memang “DR.” bukan “Dr.”.

17 MAT, hlm 54-55. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

18 Huruf besar pada kata “Buku” asli dari MAT.

19 Op.cit, hlm 384.

20 Sebutan “komik” dari Al Ustadz Luqman untuk buku Syaikh Safar ini juga terdapat pada halaman 404 buku MAT.

21 Maksud kami, contoh terakhir dalam pembahasan ini.

22 Nukilan ini adalah catatan kaki dari perkataan Al Ustadz Luqman, “Maka atas dasar itu ketika seorang ‘alim atau mujtahid –sekali lagi ‘alim mujtahid– akan menentukan…” Nomor footnote terletak pada kata “mujtahid” yang kedua.

23 MAT, hlm 411. Huruf tebal asli dari MAT. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil.

24 Sekalipun Al Ustadz Luqman mengatakan Imam Samudra “tidak memiliki bekal ilmu sedikit pun,” namun kami yakin bahwa Al Ustadz Luqman tidak akan berani berdialog langsung dengan Imam Samudra.

25 HR. Muslim (5109), Abu Dawud (4250), Ibnu Majah (4169), Ath-Thabarani (Al-Kubra/14407), dan Al-Baihaqi (Asy-Syu’ab/6369); dari Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’i Radhiyallahu ‘Anhu.